Diberi Kejutan Kue Ultah untuk Sang Istri, Gus Ulil Hadir di Yudisium UIT Lirboyo Kediri

0

Kediri (beritajatim.com) – Ada yang menarik saat Yudisium ke-58 yang digelar Universitas Islam Tribakti (UIT) Lirboyo Kediri di Aula Muktamar Lirboyo pada Sabtu (19/10/2024). Di sela-sela acara, panitia memberikan kejutan kepada Dr. KH. Ulil Abshar Abdala, M.A. atau Gus Ulil dengan kue ulang tahun untuk diberikan kepada sang istri, Ning Ienas Tsuroiya yang kebetulan sedang berulang tahun.

Gus Ulil dan istrinya pun tak menyangka akan adanya kejutan potong kue yang telah disiapkan oleh panitia tersebut. Sebab, sebelumnya memang tidak ada pemberitahuan kepada Gus Ulil dalam rangkaian acara. Proses potong kue ulang tahun tersebut spontan mengundang riuh tepuk tangan ratusan mahasiswa yang hadir.

Rektor UIT Lirboyo Kediri Dr. KH Reza Ahmad Zahid, Lc., M.A. menyampaikan bahwa mahasiswa yang akan diwisuda meningkat dibandingkan tahun sebelumnya. Sebanyak mahasiswa 556 dari program S1 dan 136 dari program S2, total 692 peserta berhasil lulus tepat waktu. Mereka sah diusung untuk diwisuda pada Ahad, 27 Oktober 2024 mendatang.

“Ditetapkan pada hari ini bahwa kalian sah untuk diusung, untuk diwisuda. Jadi nama-nama kalian sudah tercantum dan bahkan telah disebutkan para dekan, bahwa kalian sah untuk mengikuti wisuda nanti pada tanggal 27 Oktober,” jelas rektor.

Gus Reza, sapaan akrab rektor yang juga kiai muda pengasuh Pondok Pesantren Al-Mahrusiyah Lirboyo Kediri tersebut yakin para calon wisudawan merupakan para anak muda yang hebat dan luar biasa.

“Saya yakin kalian adalah manusia yang super luar biasa. Gus Ulil kulo matur, rencang-rencang Tribakti ini rata-rata mereka adalah para santri. Mondok di lingkungan Pesantren Lirboyo. Ada juga yang di sekitar pesantren Lirboyo. Mereka ndobel, mondok ya jadi mahasiswa,” papar Gus Reza.

Disebut luar biasa karena mereka adalah orang-orang yang bisa menjalani rutinitas yang super sibuk karena predikatnya sebagai santri dan juga mahasiswa. Bahkan banyak pula yang juga penghafal al-Quran.

“Subhanallah. Saya saja yang menyaksikan mereka ada di lingkungan kampus, gak nutut mikirnya itu. Kapan mereka akan hidup santai di masa mudanya. Sangat sibuk, mulai dari bangun tidur sampai tidur lagi penuh dengan kegiatan-kegiatan, baik di pondok pesantren maupun di lingkungan kampus,” jelas Gus Reza.

Gus Reza berpesan kepada seluruh calon wisudawan untuk melanjutkan studi. “Saya ingatkan, di pundak kalian ada almamater kalian. Dan itu menjadi responsibility, satu tanggung jawab yang ada di diri kalian. Mau jadi apa saja, tolong jaga almamater ini. Jaga almamater pesantren, jaga almamater kampus kalian,” pesan Gus Reza.

Sementara itu, dalam orasi ilmiahnya, Dr. KH. Ulil Abshar Abdala, M.A. atau yang akrab disapa Gus Ulil menyampaikan kedatangannya ke Kediri bukan dalam rangka memenuhi undangan Gus Reza, melainkan tabarukan Pondok Pesantren Lirboyo.

Gus Ulil menilai apa yang dilakukan Universitas Islam Tribakti Lirboyo Kediri merupakan suatu hal istimewa. Karena mengharmonisasikan kerangka pemikiran peradaban modern dengan model pendidikan ulama klasik.

“Apa yang dilakukan Universitas Tribakti ini sesuatu yang amat-amat istimewa. Mungkin Anda semua yang menjadi bagian dari komunitas ilmiah yang yang disebut dengan Pesantren Lirboyo garis miring atau slash Universitas Islam Tribakti tidak menyadari hal yang akan saya kemukakan
ini. Tetapi saya ingin menekankan bahwa Pesantren Lirboyo dan Universitas Islam Tribakti adalah sesuatu yang istimewa,” katanya.

Gus Ulil menyampaikan sejarah perkembangan integrasi keilmuan, di awali dialektika antara Yunani dan Ilmuan Islam, seperti Ibnu Rusdi, dan al Ghazali di masa lampau.

Di Indonesia perkembangan keilmuan hampir sama, ada integrasi sistem pendidikan barat dan timur. UIT Lirboyo Kediri salah satu model pendidikan berusaha mengintegrasikan barat yaitu sistem kuliah dengan segala manajemen dan timur yaitu pesantren.

“Model seperti ini sah dilakukan, karena prinsip Islam tidak boleh memusuhi peradaban, walau peradaban barat, tapi mengadopsinya dengan tetap melandasinya dengan semangat kepesantrenan sebagai tradisi asli,” terang Gus Ulil.

Dengan model seperti ini, diharapkan lahir sarjana-sarjana yang pikirannya modern tapi memiliki akar keilmuan yang kuat. Keilmuan seperti ini menurut Gus Ulil merupakan keilmuan moderat seperti prinsip Al-Ghazali dalam al Iqtisod fi al I’tiqad.

Di akhir orasi, KH Ulil menyampaikan pesan kepada wisudawan, bahwa tujuan pendidikan adalah melatih an nafs an natiqoh (kemampuan bernalar). “Maka jangan kaitkan antara ilmu jurusan kuliah dengan pekerjaan, sebagai mana kiai-kiai kita dulu yang tidak pernah melihat ilmu dengan linieritas dengan pekerjaan,” tutupnya. [ian]


Link informasi : Sumber

Leave A Reply

Your email address will not be published.