Angka Prevalensi Stunting Nasional 21,5 Persen, DIY Gencarkan Orang Tua Asuh

0

Yogyakarta (beritajatim.com) Stunting merupakan masalah serius yang dapat mengancam masa depan Indonesia. Dengan prevalensi nasional sebesar 21,5 persen, stunting berdampak pada pertumbuhan fisik dan intelektual anak, sehingga mengurangi produktivitas di masa depan.

Jika tidak ditangani dengan serius, generasi muda yang seharusnya menjadi tulang punggung ekonomi pada tahun 2045 bisa menghadapi hambatan besar.

“Melalui Gerakan Orang Tua Asuh Stunting (Genting), kami berharap dapat menekan angka stunting secara signifikan. Anak-anak yang sehat hari ini adalah penopang Indonesia Emas 2045,” ujar Kepala Perwakilan BKKBN DIY, Mohamad Iqbal Apriansyah dalam siaran pers Selasa (24/12/2024).

Ia menjelaskan terkait mekanisme penyaluran donasi. Donatur dapat memilih untuk menyalurkan bantuan melalui Virtual Account (VA) yang dikelola oleh BAZNAS atau mitra pengumpul lain yang telah diverifikasi. Selain itu, donasi juga bisa langsung diberikan ke Kampung Keluarga Berkualitas (Kampung KB) di desa-desa yang sudah memiliki data keluarga berisiko stunting berdasarkan hasil pendataan tahunan.

“Bergabung dalam Genting  sebagai Orang Tua Asuh adalah langkah nyata untuk membantu keluarga Indonesia keluar dari jerat stunting. Selain mendonasikan dana, para donatur juga mendapatkan kesempatan untuk berkontribusi dalam menciptakan masa depan yang lebih cerah bagi generasi penerus bangsa,” jelas Kepala BKKBN.

Pihaknya juga menegaskan dengan berdonasi tak hanya membantu keluarga miskin namun berkontribusi pada pembangunan Indonesia.

“Dengan berdonasi, Anda tidak hanya membantu keluarga yang membutuhkan, tetapi juga berkontribusi pada pembangunan Indonesia yang lebih baik dan berdaya saing tinggi,” bebernya.

Program ini juga didukung oleh penyuluh KB di tingkat kecamatan serta Tim Pendamping Keluarga (TPK) di desa, yang memastikan bantuan sampai kepada yang benar-benar membutuhkan.

Program Genting yang digagas BBKBN Pusat namun penerapan ada di kewenangan masing-masing provinsi. Adapun Genting bukan hanya memberikan manfaat besar bagi keluarga yang membutuhkan, tetapi juga berdampak positif pada para donatur.

Menurut Dody Hartanto, dosen dan peneliti dari Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta, kontribusi terhadap program sosial semacam ini terbukti meningkatkan kebahagiaan dan mengurangi stres.

Merujuk pada penelitian Harvard School of Public Health (2023), Dody memaparkan bahwa 78 persen responden yang aktif berdonasi mengalami peningkatan tingkat kebahagiaan, sementara 32 persen lainnya merasakan penurunan tingkat stres. Bahkan, skor kepuasan hidup mereka meningkat hingga 45 persen

“Ini menunjukkan bahwa kedermawanan tidak hanya berdampak pada penerima bantuan, tetapi juga memberikan kebahagiaan pada diri pendonor itu sendiri,” ungkapnya.

Genting adalah inisiatif berbasis komunitas yang melibatkan individu, perusahaan, dan pemerintah daerah untuk menjadi orang tua asuh bagi keluarga berisiko stunting. Program ini digagas oleh Menteri Kependudukan dan Pembangunan Keluarga, Wihaji, sebagai salah satu langkah strategis Kementerian dalam mengatasi masalah stunting di Indonesia.

Melalui Genting, donatur dapat membantu ibu hamil, ibu menyusui, serta keluarga dengan anak di bawah usia dua tahun (baduta) untuk memperoleh gizi dan layanan kesehatan yang memadai. [aje]


Link informasi : Sumber

Leave A Reply

Your email address will not be published.