AQUA, UGM, Montpellier Temukan Kenaikan Penggalian Sumur Bor di DAS Kedunglarangan-Pasuruan Meningkat 200%
Surabaya (beritajatim.com) – Danone AQUA melalui PT Tirta Investama, Pabrik Pandaan (AQUA Pandaan) bersama Universitas Gadjah Mada (UGM) dan Universitas Montpellier, Perancis telah merampungkan kajian mendalam mengenai sumber daya air di Daerah Aliran Sungai (DAS) Kedunglarangan. Hasilnya terdapat peningkatan aktivitas pengeboran sumur sebanyak 200 persen.
Hasil kajian ini kemudian disosialisasikan kepada seluruh pemangku kepentingan di Kabupaten Pasuruan pada Kamis (24/10/2024) kemarin.
Kajian yang dilakukan selama beberapa tahun ini bertujuan untuk memahami secara komprehensif siklus air di DAS Kedunglarangan, termasuk daerah resapan, perubahan tata guna lahan, dan neraca air tanah. Data-data yang diperoleh dari kajian ini diharapkan dapat menjadi dasar bagi pengembangan strategi konservasi air yang lebih efektif dan berkelanjutan di wilayah tersebut.
Azwar Satrya, Water Resources, Science & Process Technology Director Danone Indonesia, menyampaikan pentingnya kolaborasi dalam pengelolaan sumber daya air.
“Melalui kerjasama dengan UGM dan Universitas Montpellier, kami berharap dapat memberikan kontribusi nyata bagi pelestarian lingkungan di Kabupaten Pasuruan,” ujar Azwar.
Kepala Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Pasuruan, H. Taufikhul Ghony, menyambut baik hasil kajian ini. Menurutnya, kajian tersebut akan menjadi dasar yang kuat dalam menyusun kebijakan pengelolaan sumber daya air yang lebih baik.
“Kami berharap hasil kajian ini dapat menjadi komitmen bersama untuk menguatkan pelestarian lingkungan, khususnya di DAS Kedunglarangan,” tegas Taufik.
Sementara itu Patrick Lachassagne dari Universitas Montpellier didampingi Prof. Dr.rer.nat. Ir. Heru Hendrayana, IPU. dari Universitas Gajah Mada menyampaikan hasil kajian studi bersama ini dapat mengetahui daerah resapan, yang mencakup desa-desa seperti Tretes, Prigen, Pecalukan, Ledug, dan Dayurejo di ketinggian 500 hingga 3.300 meter.
Dengan mengetahui daerah resapan, maka dapat diketahui juga cadangan air tahunan pada Zona Tengah, termasuk mata air utama seperti PDAM Plintahan, Toyoarang, dan Durensewu dan sumur bor yang banyak digunakan oleh industri.
Saat ini, daerah resapan menghasilkan 1.200-liter air per detik, dengan 670 liter per detik mengalir dari mata air. Namun, penggunaan sumur bor meningkat 200% dari 2010 hingga 2020, mencapai 560 liter per detik, yang terbagi untuk tekstil, manufaktur, dan industri lainnya (54%), AMDK (21%), PDAM (13%), hotel dan perumahan (8%), serta air isi ulang (4%). Dengan manajemen air tanah yang baik, tren ini bisa distabilkan untuk menjaga keseimbangan sumber daya air bagi semua pihak.
Kajian ini juga memberikan informasi akurat bagi pemerhati lingkungan yang berencana melakukan konservasi. Luasan dan lokasi yang tepat, serta vegetasi yang sesuai, dapat ditentukan, dan teknik konservasi seperti sumur resapan, rorak, dan biopori bisa diterapkan lebih efektif.
Selain itu, pemantauan mata air PDAM dan sumur bor, termasuk level air dan debitnya, harus terus dilakukan. Forum Multi Pemangku Kepentingan akan melaksanakan langkah-langkah ini untuk mengembangkan skenario lain. Di daerah resapan, juga terpantau perubahan lahan signifikan seperti peningkatan pemukiman, pertanian heterogen, dan tanah terbuka yang dapat meningkatkan risiko kontaminasi air tanah dari limbah domestik dan pupuk jika tidak dikelola dengan baik.
“Hasil kajian ini jadi pengingat buat kita untuk bisa bersama-sama menjaga CAT (Cekungan Air Tanah) Pasuruan, khususnya DAS Kedunglarangan. Kajian serupa pernah kami lakukan juga di Lereng Tenggara Gunung Merapi di Sub DAS Pusur juga di Lereng Tengger yang masuk DAS Rejoso”, tegasnya
Hasil studi atau kajian ini nantinya akan bisa dimanfaatkan oleh semua pihak pemanfaat air di Pasuruan. Data ini menjadi baseline untuk menerapkan Upaya konservasi di area hulu maupun merencanakan intergrasi program pelestarian dari hilir maupun area Tengah.[rea]
Link informasi : Sumber