Dukungan Psikososial untuk Anak Korban Gempa di Bandung
Bandung (beritajatim.com) – Sudah lebih dari seminggu anak-anak korban gempa di Kabupaten Bandung tinggal di tenda pengungsian, setelah rumah mereka hancur akibat bencana alam. Kondisi yang dingin dan langit yang mendung terus menyelimuti mereka. Meski begitu, ada satu tempat yang menawarkan kehangatan berbeda, yaitu tenda Layanan Dukungan Psikososial (LDP) milik Kementerian Sosial di Desa Cibereum, Kecamatan Kertasari.
Di dalam tenda ini, suasana terasa lebih cerah. Dinding dan atap dihiasi gambar-gambar penuh warna yang menggambarkan tata surya, planet-planet, dan bintang-bintang, serta cerita rakyat seperti Si Toba dan Boyo. Imajinasi anak-anak pun terbang bebas, sejenak melupakan beratnya kenyataan di luar.
Melalui aktivitas di tenda ini, anak-anak tidak hanya disibukkan dengan berbagai permainan dan kegiatan seni, tetapi juga menerima dukungan psikososial untuk memulihkan trauma yang mereka alami akibat gempa. Tim LDP Kemensos menggunakan pendekatan kreatif untuk membantu anak-anak kembali tersenyum dan mengembalikan semangat mereka.
Pada Rabu (25/9/2024), tenda ini mendapatkan kunjungan istimewa dari Menteri Sosial, Gus Ipul (Saifullah Yusuf). Dengan senyum hangat, beliau menyampaikan pesan penting tentang kesiapsiagaan bencana. “Bencana alam bisa datang kapan saja. Gempa, banjir, tanah longsor, semuanya bisa terjadi. Penting bagi kita untuk memahami dan siap menghadapi bencana,” ujarnya.
Mensos Gus Ipul juga mengapresiasi lagu edukatif yang dinyanyikan oleh anak-anak, yang liriknya telah disesuaikan untuk mengajarkan mitigasi bencana. Lagu “Manuk Dadali” yang familiar bagi anak-anak Bandung diubah liriknya oleh Igun Gunawan, anggota Tim LDP Kemensos, untuk memudahkan anak-anak memahami cara menyelamatkan diri saat gempa terjadi. Liriknya menggunakan bahasa Sunda, membuatnya lebih mudah diingat oleh anak-anak.
Beberapa lirik edukatif tersebut antara lain: “Lamun aya gempa dijaga mastakana” (Jika ada gempa, lindungi kepala), dan “Lamun aya gempa nyumput ka kolong meja” (Jika ada gempa, berlindung di bawah meja). Lagu ini juga mengingatkan agar tetap tenang dan tidak saling dorong saat keadaan darurat.
Melalui lagu dan aktivitas kreatif lainnya, Tim LDP berupaya agar anak-anak dapat lebih siap menghadapi gempa susulan yang masih terjadi. Tercatat, lebih dari 30 gempa susulan terjadi sejak gempa utama dengan magnitudo 4,9 yang mengguncang Bandung pada 18 September lalu.
Selain memberikan edukasi tentang mitigasi bencana, tenda LDP menjadi tempat bagi anak-anak untuk mengungkapkan perasaan mereka. Melalui dinding yang penuh dengan tulisan dan gambar, anak-anak berbagi cerita tentang ketakutan mereka. Hal ini menjadi langkah penting dalam proses penyembuhan trauma.
Salah satu pengungsi anak, Fadillah (11), siswa kelas V SD Lebaksari, mengungkapkan bahwa ia senang berada di tenda LDP karena banyak kegiatan yang menarik seperti mewarnai, bernyanyi, dan bermain bersama teman-teman. “Di sini, aku bisa melupakan gempa dan bersenang-senang,” ujarnya.
Dengan adanya dukungan dari Tim LDP Kemensos, trauma yang dirasakan anak-anak perlahan mulai memudar. Mereka kini tidak hanya bermain, tetapi juga belajar kembali di tenda darurat yang disediakan Kementerian Sosial. Melalui layanan psikososial ini, semangat anak-anak untuk melanjutkan hidup dan menatap masa depan semakin menguat.
Keberhasilan program ini menunjukkan betapa pentingnya dukungan psikososial dalam masa-masa krisis. Trauma akibat gempa mungkin tidak akan hilang sepenuhnya, tetapi dengan adanya tempat dan kegiatan yang mendukung, anak-anak korban bencana bisa pulih lebih cepat dan kembali ceria. [aje]
Link informasi : Sumber