Kepalanya Pernah Dibanderol Rp150 Miliar, Kini Umar Patek Jadi Peracik Kopi Bondowoso

0

Surabaya (beritajatim.com) – Umar Patek, yang lahir dengan nama Hisyam bin Alizein pada tahun 1970 di Pakistan dari keluarga keturunan Arab-Yaman yang kemudian menetap di Indonesia, dulunya dikenal sebagai salah satu militan yang paling dicari di Asia Tenggara.

Namanya mencuat dalam jaringan teroris internasional, dan pemerintah Amerika Serikat pernah menawarkan hadiah sebesar 10 juta USD bagi siapa saja yang bisa menangkapnya.

Sebagai anggota dari kelompok teroris Jemaah Islamiyah (JI), yang memiliki hubungan erat dengan al-Qaeda, Umar Patek terkenal karena perannya dalam Bom Bali 2002, sebuah tragedi yang menewaskan 202 orang.

Namun, usai menjalani hukuman selama 20 tahun penjara sejak 2012 dan dinyatakan bebas bersyarat dari Lapas Kelas I Surabaya atau Lapas Porong pada 7 Desember 2022, Umar Patek telah banyak berubah.

Patek kini menjalani kehidupan yang jauh berbeda. Dalam acara soft launching Ramu Kopi di Hedon Estate Ngagel Surabaya, Komjen Pol. Dr. Marthinus Hukom, mantan Kepala Densus 88 Antiteror Polri yang saat ini menjabat sebagai Kepala Badan Narkotika Nasional (BNN), mengatakan bahwa Patek pernah lolos berkali-kali dari pengepungan aparat militer Filipina.

“Beliau ini sebenarnya sudah mati berkali-kali namun selalu bisa selamat. Setiap ada pengepungan oleh militer Filipina, Umar Patek selalu berhasil melarikan diri,” ujar Marthinus dalam acara tersebut.

Menariknya, Ramu Kopi juga mempertemukan kembali Umar Patek dengan Marthinus Hukom, sosok yang dulu memburu Patek. Kini, keduanya duduk bersama dalam suasana yang damai, mencerminkan betapa jauh perubahan yang terjadi pada hidup Patek.

“Ini adalah pencapaian luar biasa. Orang yang hari ini bisa meletakkan senjata dan berdamai dengan mantan musuh-musuhnya adalah seorang pejuang sejati,” tambah Marthinus.

Marthinus juga mengakui bahwa Umar Patek bukanlah sosok pengecut. Dia adalah seseorang yang berani menghadapi lawannya, dan meski bertubuh kecil, Patek pernah menjadi sosok yang ditakuti oleh Filipina dan Amerika Serikat.

“Saya pun akhirnya mengakui beliau sebagai orang yang hebat. Bayangkan, dia kecil tapi ditakuti oleh banyak negara besar,” ungkap Marthinus sembari memeluk Patek.

Dalam kesempatan yang sama, drg David Andreasmito, penggagas Ramu Kopi, menyatakan bahwa dia sengaja membantu Patek merintis usaha kopi ini sebagai bentuk dukungan bagi eks napiter yang ingin kembali ke masyarakat.

“Saya ingin menunjukkan bahwa semua orang bisa berubah. Saya ingin Umar bisa mandiri, termasuk dengan usaha ini. Bahkan, dia sangat menghormati Pak Marthinus yang dulu mengejarnya, jadi kami mengundangnya ke acara soft launching ini,” ujar David.

Umar Patek
Komjen Marthinus saat Soft Lanuching ramu Kopi di Hedon Estate Ngagel

Umar Patek pun berharap kopi buatannya bisa diterima oleh masyarakat luas dan menjadi salah satu sumber penghasilan yang berkelanjutan.

“Sebagai manusia, wajar kalau saya berharap kopi ini laris, tapi yang lebih penting adalah keberkahannya. Saya ingin memiliki usaha sendiri, salah satunya dengan bisnis kopi ini, supaya saya tidak bergantung terus kepada orang lain,” ujar Umar.

Semenatara itu Yus Riyadi pengusaha kopi Bondowoso sangat senang bisa bersama-sama menularkan ilmunya kepada Umar Patek. “Kami bisa mengajarkan meracik kopi agar mantan napiter bisa mandiri setelah menjalani hukuman,” kata Yus.

Ramu Kopi, racikan Umar Patek, menggunakan biji kopi khas Bondowoso yang memiliki cita rasa unik dengan sentuhan rasa coklat, menjadikannya berbeda dari kopi-kopi lainnya. Kopi ini rencananya akan didistribusikan ke berbagai warung kopi, tempat wisata, dan berbagai wilayah di Indonesia serta di pasar internasional. (ted)


Link informasi : Sumber

Leave A Reply

Your email address will not be published.