SMA Labschool Unesa 1 Belajar Politik di DPRD Surabaya
Surabaya (beritajatim.com) – Siswa SMA Labschool Unesa 1 Surabaya menggali ilmu langsung dari wakil rakyat dengan kunjungan ke DPRD Kota Surabaya. Dalam kunjungan ini, para siswa diajak mengenal tugas dan fungsi DPRD serta berdiskusi langsung dengan Wakil Ketua DPRD, Arif Fathoni.
Mereka datang untuk memahami bagaimana DPRD bekerja dan menjalankan fungsi legislatifnya. Di hadapan para siswa, Toni, sapaan akrab Arif Fathoni, menjelaskan secara rinci tugas pokok dan fungsi (tupoksi) DPRD, yang menurutnya bertujuan untuk memperjuangkan aspirasi rakyat. Ia juga menyinggung asal kata “parlemen” dari bahasa Latin dan Perancis, yang berarti “berbicara.”
“Berbicara itu untuk memperjuangkan, mengakselerasikan kehendak rakyat masuk dalam rencana pembangunan kota,” ujar Toni.
Tidak hanya itu, Toni yang juga Ketua DPD Partai Golkar Kota Surabaya memberikan pemahaman politik dasar kepada siswa-siswi. Menurutnya, penting bagi generasi muda untuk tidak apolitik, karena mereka adalah calon pemimpin bangsa di masa depan. Ia berharap kunjungan ini bisa menjadi sarana pendidikan politik bagi para siswa.
“Jadi upaya ini agar anak-anak muda kita tidak menjadi generasi yang apolitik. Karena baik dan buruknya Indonesia ini ditentukan dari baik dan buruknya pengelolaan partai politik (parpol),” tegas dia.
Selama diskusi, siswa-siswi Labschool Unesa 1 mengajukan pertanyaan kritis, mulai dari isu kotak kosong pada Pilkada Surabaya 2024 hingga persepsi negatif masyarakat terhadap DPRD. Toni menjawab pertanyaan terkait dampak kotak kosong pada Pilkada, yang menurutnya akan merugikan rakyat karena Surabaya akan dipimpin oleh Penjabat (Pj) yang memiliki keterbatasan otoritas.
“Ya, saya sampaikan kalau kotak kosong menang, maka ini menjadi kerugian bagi rakyat Surabaya. Kenapa demikian? Karena Surabaya setahun akan dipimpin oleh Penjabat (Pj) yang tidak memiliki kewenangan yang bersifat otoritatif,” jelasnya.
Selain itu, para siswa juga bertanya tentang tingginya biaya politik di Indonesia. Toni menanggapi bahwa mahalnya proses politik menjadi tantangan, karena berpotensi meningkatkan risiko korupsi. Menurutnya, reformasi yang bersih dari KKN masih menjadi pekerjaan rumah bagi seluruh elemen pemerintahan.
“Ya, ini masukan yang bagus buat kita. Kita pun sama, kita melihat proses politik kita itu memang terlalu mahal. Jika toh kemudian rekrutmen kepemimpinan di hulunya sudah mahal, maka potensi korupsi menjadi tinggi,” paparnya.
Toni juga mendorong siswa untuk berani mengkritik kinerja anggota DPRD dan mengawasi jalannya pemerintahan, termasuk melalui media sosial. Ia mengajak generasi muda untuk berperan aktif dalam pengawasan melalui platform digital, yang dinilainya sebagai sarana efektif untuk mengawal pemerintahan.
“Tetapi bagaimana siswa-siswi SMA Labschool Unesa 1 ini mendayagunakan media sosial (medsos) yang dimiliki untuk melakukan pengawasan terhadap jalannya pemerintahan, baik terhadap DPRD maupun terhadap Pemkot Surabaya,” tutur Toni.
Toni berharap kunjungan ini menjadi inspirasi bagi sekolah lain untuk melakukan studi serupa ke DPRD. Menurutnya, gedung wakil rakyat adalah rumah yang terbuka bagi generasi muda yang ingin belajar politik dan memahami lebih dalam tentang proses legislatif.
“Monggo kalau ada lembaga pendidikan yang ingin berkunjung Gedung DPRD Kota Surabaya. Kami terbuka. Setiap ada surat masuk pasti kita akan tindaklanjuti dan DPR menjadi rumah bagi calon generasi penerus,” pungkasnya. [asg/but]
Link informasi : Sumber