Hendy Siswanto Minta Warga Bandealit Jember Tak Nikahkan Anak yang Belum Cukup Umur
Jember (beritajatim.com) – Hendy Siswanto, bupati yang saat ini sedang cuti kampanye untuk mencalonkan diri kembali, meminta warga kawasan Bandealit, Desa Andongrejo, Kecamatan Tempurejo, Kabupaten Jember, Jawa Timur, untuk tidak menikahkan anak yang belum cukup umur.
“Kalau punya anak berusia 14-15 tahun jangan dinikahkan. Pernikahan dini dilarang negara. Saya tidak suka kalau ada anak menikah pada usia muda,” kata Hendy, dalam acara tasyakuran warga Bandealit, Sabtu (16/11/2024).
Bandealit terletak di Jember bagian selatan, berjarak kurang lebih 64 kilometer dari pusat kota dan dikelilingi hutan Taman Nasional Meru Betiri (TNMB). Pantai ini biasa digunakan untuk memancing ikan dan memiliki potensi wisata yang indah.
Pemerintah Kabupaten Jember sudah membangun jalan kurang lebih 7,8 kilometer di Bandealit. “Dengan dibangunnya jalan, listrik masuk, internet masuk, anak-anak kita harus dijaga, jangan sampai ada pernikahan dini,” kata Hendy.
Pemkab Jember juga akan membuka akses transportasi angkutan wisata gratis. “Tidak ada lagi alasan anak dinikahkan dini, karena sudah ada akses menuju ke (pusat kota) Jember dan bisa melanjutkan pendidikan. Anak-anak kita perlu mendapat banyak pendidikan dan pengalaman lebih dulu. Setelah cukup pengalaman dan usia, bisa dinikahkan,” kata Hendy.
Pernikahan usia anak, menurut Hendy, berbahaya karena menjadi pemicu tengkes atau stunting. “Bisa juga terjadi kematian ibu saat melahirkan. Kalau ibunya kuat saat melahirkan, anaknya tidak kuat, bisa memicu kematian bayi. Kasihan putranya,” kata Hendy.
Pernikahan usia anak juga merugikan perempuan. “Kalau putus (cerai), yang laki-laki masih enak. Tapi yang perempuan kasihan,” kata Hendy.
Hendy juga mengingatkan kepada warga Bandealit agar berhati-hati, jika ada orang asing datang dan menawarkan diri untuk menikahi anak mereka. “Banyak yang mencoba menipu di daerah pinggiran. Ngakunya orang Jakarta, tapi ternyata orang Tempurejo,” katanya.
Ahmad Taufik Anwar, tokoh masyarakat setempat, sepakat warga menjaga hutan dan tidak menikahkan anak yang masih belum cukup umut. “Seharusnya memang begitu. Apa yang disampaikan Bapak Bupati memang pernikahan dini risikonya banyak. Ini masa anak menikmati pendidikan dan pengalaman mencari jati diri,” katanya.
“Sementara untuk perlindungan terhadap hutan, konsep Islam juga mengajarkan tentang akhlak kita kepada makhluk selain manusia. Bagaimana kita memperlakukan alam. Jadi apa yang disampaikan Pak Bupati seiring dengan apa yang diajarkan agama kita,” kata Taufik. [wir]
Link informasi : Sumber