Inovasi Andalan Disperta Pangan Banyuwangi Genjot Populasi Sapi
Banyuwangi (beritajatim.com) – Dinas Pertanian dan Pangan (Disperta Pangan) Banyuwangi mencatat populasi sapi saat ini mencapai 98.510 ekor. Kondisi ini akan terus bertambah dengan berbagai sentuhan program dan inovasi dari pemerintah setempat.
Misalnya, Disperta Pangan Banyuwangi punya program Sapi Manak Setahun Pisan (SMS Pisan) atau sapi beranak setahun sekali. Sejak 2021, program ini terbukti berhasil meningkatkan produktivitas dan populasi sapi di Banyuwangi.
Caranya, Disperta Pangan Banyuwangi melakukan treatment kepada indukan sapi yang mengalami gangguan reproduksi. Hasilnya, sapi tersebut mampu kembali bereproduksi secara maksimal, bahkan bisa satu tahun sekali menghasilkan anakan sapi.
“Program SMS Pisan ini ternyata cukup ekfektif. Sapi yang sebelumnya kesulitan untuk reproduksi, dengan program ini bisa bereproduksi bahkan bisa setahun sekali,” Kepala Bidang Kesehatan Hewan dan Kesehatan Masyarakat Veteriner Dispertan, drh. Nanang Sugiharto, Selasa (12/11/2024).
Program SMS Pisan, kata Nanang, mencakup serangkaian langkah untuk memastikan kesehatan dan produktivitas sapi indukan. Langkah itu meliputi pemeriksaan kebuntingan (PKB), pemberian hormon, vitamin, mineral, dan obat-obatan untuk mendukung reproduksi yang optimal.
“Kelahiran yang lancar dan terjadwal setiap tahun akan sangat menguntungkan bagi peternak. Dengan kelahiran yang rutin, peternak bisa lebih mudah meningkatkan jumlah ternaknya dan mendapatkan keuntungan yang lebih besar,” terangnya.
Nanang mengatakan, lewat program SMS Pisan terbukti produktivitas sapi di Banyuwangi terus meningkat. Berdasarkan catatan, rata-rata ada penambahan sekitar 2000 ekor sapi melahirkan tiap tahun.
“Dari yang sebelumnya lahir sekitar 28 ribu ekor per tahun, kini mencapai 30 ribu per tahun. Ini membuat populasi sapi di Banyuwangi bisa semakin meningkat,” katanya.
Bahkan, Kabupaten Banyuwangi hingga kini masih dikenal sebagai salah satu sentra sapi pedaging.
Hingga kini, Banyuwangi dikenal sebagai salah satu sentra sapi pedaging. Melalui program SMS Pisan, diharapkan populasi sapi di Banyuwangi terus mengalami peningkatan
Konsumsi dan Kebutuhan Daging di Banyuwangi
Berdasarkan data dari Dinas Pertanian dan Pangan Banyuwangi, rata-rata kebutuhan daging warga mencapai 4,2 ton per hari. Jumlah itu setara dengan 40 ekor sapi per hari.
Dari data itu, kebutuhan akan meningkat di momen-momen tertentu. Misalnya saat lebaran dan perayaan hari besar lainnya.
Bahkan, dari jumlah populasi dan produktivitas bisa dipastikan kebutuhan daging sapi untuk Banyuwangi aman, bahkan surplus. Buktinya, kebutuhan daging untuk sejumlah daerah mengambil sapi dari Banyuwangi.
Strategi dan Program Aksi
Dinas Pertanian dan Pangan Banyuwangi melakukan pendampingan terhadap peternak. Terutama bagi peternak yang memiliki sapi bermasalah dalam reproduksi.
Dalam aksinya, Disperta Pangan Banyuwangi menurunkan sejumlah tim khusus. Tim tersebut terjun memberikan treatment terhadap ternak.
“Seperti memberikan suntikan hormonal, pemberian vitamin dan obatan-obatan, mineral, dan treatment lainnya secara gratis,” kata Kabid Kesehatan Hewan dan Kesehatan Masyarakat, Veteriner, drh. Nanang Sugiarto.
Termasuk, kata Nanang, petugas juga menyiapkan alat USG (Ultrasonografi) sebagai bagian dari pemeriksaan kesehatan reproduksi sapi. Beruntungnya, semua treatment yang dilakukan tidak dipungut biaya alias gratis.
“Tiap tahun sekitar 500 dengan target 1.000 sapi mendapat treatment program ini,” katanya.
Nanang optimis, lewat program tersebut peternak dapat lebih sejahtera. Hasilnya, produktivitas sapi meningkat, peternak bahagia dan lebih untung.
“Kami berharap program ini dapat benar-benar membantu peternak untuk meningkatkan taraf hidup mereka. ‘Sapine Manak, Peternake Sugeh’ (sapinya melahirkan, peternaknya kaya) adalah tujuan kita bersama,” ujarnya.
Selain itu, kata Nanang, pemeriksaan kebuntingan dan pemberian stimulan secara berkala diharapkan dapat memastikan kelahiran yang teratur setiap tahun. Hal ini juga akan mencegah kematian pada induk maupun anak sapi setelah proses kelahiran.
Selain dukungan teknis, program SMS Pisan juga mencakup peningkatan pengetahuan peternak melalui penyuluhan. Penyuluhan ini penting untuk mengedukasi peternak tentang pentingnya kesehatan reproduksi dan nutrisi yang tepat bagi sapi indukan.
Dengan berbagai upaya tersebut, Kabupaten Banyuwangi berharap produktivitas sapi indukan akan meningkat secara signifikan.
“Kami yakin bahwa jika peternak mengikuti seluruh prosedur dan arahan, hasilnya akan positif bagi perekonomian lokal,” tutupnya.
Statemen positif disampaikan oleh Moh. Solikin salah seorang peternak. Dia memiliki sapi berusia 5 tahun tapi kasusnya belum sekalipun mengalami kebuntingan. Padahal sudah 11 kali kawin.
Akan tetapi, setelah mendapat arahan dan pendampingan, sapinya dapat bereproduksi dan bunting hingga melahirkan anakan sapi. Bahkan, fertilitas sapinya meningkat setelah mendapatkan treatment.
“Dulu sapi saya nggak bisa bunting. Alhamdulillah dua tahun diobati, sudah bunting dua kali,” kata Solikin.
Produktivitas Sapi Lokal
Selain sebagai sentra sapi pedaging, Banyuwangi ternyata juga memiliki populasi sapi lokal. Salah satu sapi lokal khas Banyuwangi itu yakni jenis sapi Rambon.
Sapi Rambon adalah hasil persilangan dari beberapa jenis sapi. Moyang dari sapi Rambon diindikasi merupakan jenis indukan dari Banteng Jawa.
Jumlah populasi sapi ini di Banyuwangi hingga saat ini mencapai 600 an ekor. Rencananya melalui berbagai sentuhan dan program, Banyuwangi akan melakukan pemulihan dan pelestarian, melibatkan berbagai tahapan pengujian dan rekayasa genetik.
Beberapa bulan lalu, Kementerian Pertanian RI mengeluarkan Surat Keputusan (SK) penetapan sapi Rambon sebagai sapi lokal khas Banyuwangi. Sertifikat tersebut diserahkan Koordinator Pemasaran dan Informasi Balai Besar Inseminasi Buatan (BBIB) Singosari, drh. Sarastina. [rin/beq]
Link informasi : Sumber