Kalangan Kiai Resah dengan Pidato Cabup Jember Fawait yang Sebut PKI
Jember (beritajatim.com) – Kalangan kiai resah dengan pidato Muhammad Fawait, calon bupati nomor 2, yang menyebut nama organisasi terlarang Partai Komunis Indonesia (PKI). Badan Pengawas Pemilu Kabupaten Jember, Jawa Timur, diminta bertindak tegas.
KH Achmad Nasihin, pengasuh Pondok Pesantren Darul Hikmah, berharap para pasangan calon bupati dan wakil bupati berhati-hati dalam menyampaikan sesuatu.
“Karena didengar orang banyak, diperhatikan orang banyak. Yang dikhawatirkan adalah penafsiran yang tidak sama. Maksud yang ngomong itu A, ditafsiri B, ditafsiri C,” katanya, ditulis Kamis (7/11/2024).
Isu soal PKI ini diawali dari unggahan video pidato Muhammad Fawait, calon bupati nomor urut 2, pada saat kegiatan malam refleksi peringatan Hari Santri, 21 Oktober 2024, di akun resmi Instagram dan Tiktok Gus Fawait.
Dalam pidatonya, semula Fawait menyinggung peran santri dan ulama dalam merebut kemerdekaan. Dia juga meminta doa dan dukungan agar bisa memimpin Kabupaten Jember.
Nada suara Fawait meninggi saat menjelaskan adanya usaha yang sangat masif dan sangat sistematis, bahkan menghalalkan segala cara, untuk menghadangnya.
“Ada upaya yang begitu besar, ingin menghadang santri memimpin Kabupaten Jember dengan menebar hoaks, dengan mengolok-olok, dengan memfitnah, dengan membuat sebuah berita-berita yang keji itu,” katanya.
“Saya kok kayaknya ingat seperti Gerakan 30 S PKI yang ingin menghabisi para ulama, yang ingin menghabisi para kiai, yang ingin menghabisi para santri di republik ini. Tapi saudara-saudara, saya tahu, bahwa kita semua yang berkumpul di tempat ini tidak akan rela, ketika santri dibegitukan. Maka tidak ada kata lain kecuali lawan dan kita harus menang atau menang mutlak,” kata Fawait.
Nasihin menilai pernyataan Fawait tersebut sangat rawan. “Itu sangat rawan, karena begitu tokoh disinggung nama baiknya, maka pecinta tokoh itu akan marah. Sama dengan kita umpamanya senang dengan Kiai A. lalu Kiai A dicaci maki orang, ya saya marah. Apalagi kiai saya tidak salah,” katanya.
Nasihin meminta pasangan calon berkompetisi dengan baik dan benar dalam pilkada Jember. “Berpikir yang jernih, tidak emosi. Berkata-kata yang baik, menyampaikan yang baik, sejuk mendinginkan suasana, sehingga masyarakat simpatik. Tidak justru memanaskan,” katanya.
“Kalau memanaskan, masyarakat justru menjadi (bertanya-tanya): kok begini calon pemimpin. Kalau sejuk, bisa dipilih masyarakat. Apalagi pemimpin selevel kabupaten atau gubernur. Memimpin rumah tangga saja, suami-istri kalau sejuk kan ya sejuk,” kata Nasihin tersenyum.
Sementara itu, KH Farid Mujib, pengasuh Pondok Pesantren Mambaul Ulum 2, menyebut pidato Fawait keterlaluan.
“Contoh perbandingannya terlalu naif. Tidak ada yang menghambat pencalonannya. Buktinya Gus Fawait tetap bisa mencalonkan diri. Kalau ada fitnah, ada intimidasi dan semacamnya ya dilaporkan saja. Tidak usah dibanding-bandingkan dengan PKI,” kata Farid.
Menurut Farid, pidato itu membuat masyarakat gelisah. Ini terlihat dari kedatangan kurang lebih 20 orang anggota Laskar Santri Nusantara (LSN) ke kantor Bawaslu Jember, di Jalan Dewi Sartika, Rabu (30/10/2024). Mereka menuntut Bawaslu Jember segera memeriksa Fawait karena pidatonya tersebut berpotensi menciptakan kegaduhan dan fitnah.
Farid menuntut persoalan pidato tersebut diusut tuntas. “Statement Gus Fawait itu arahnya ke mana. Ini harus jelas. (Bawaslu) harus tegas. Saya mendukung sekali orang yang melaporkan. Bahkan kalau tidak diindahkan, saya akan melakukan demo. Karena masyarakat geram sekali dengan adanya statement Gus Fawait,” katanya.
Farid menyayangkan Fawait berpidato seperti itu saat memperingati Hari Santri. “Seharusnya peringatan Hari Santi menyejukkan dan membangkitkan semangat santri agar berjuang untuk bangsa dan agama. Tapi di sana ada bahasa hasutan,” kata Farid.
Suasana makin panas, karena ada akun di Tiktok yang mengunggah tuduhan terhadap Hendy-Firjaun berdasarkan pidato Fawait. Kubu pendukung Fawait sempat melaporkan akun tersebut ke Bawaslu Jember, karena menilai ada upaya adu domba antarpasangan calon dan pendukungnya.
Farid juga mendesak Bawaslu untuk mengusut tuntas akun tersebut. Namun Farid menilai persoalan utama bukan pada akun itu, melainkan pada pidato Fawait. “Apinya dari statement Gus Fawait,” katanya.
Farid pun mendesak klarifikasi dari Fawait kepada masyarakat. “Tanya ke Gus Fawait, apa maksud statement-‘ada yang melarang santri berkuasa’. Tidak ada itu. Kalau cuma tidak senang ya biasa. Bukan menghambat. Bukan atas nama santrinya. Tidak ada yang menghalang-halangi santri jadi apa saja,” katanya.
Saran klarifikasi ini juga pernah disampaikan KH Abdul Muqit Arief, pengasuh Pondok Pesantren Al Fatah. “Mesti harus ada klarifikasi dari beliau (Fawait), ungkapan itu ditujukan ke mana. Kalau tidak diklarifikasi, itu akan jadi bola liar,” katanya.
“Tidak menarik kalau kemudian pilkada dikaitkan dengan PKI segala macam itu. Sangat tidak pas. Dari dulu Jember berulang kali mengadakan pilkada, tidak ada isu PKI,” kata pria yang akrab disapa Kiai Muqit ini.
Muqit mengingatkan, bahwa persoalan itu sangat sensitif, karena bisa memunculkan persepsi negatif terhadap pasangan calon lain. “(Padahal) di paslon nomor urut 1 ada Gus Firjaun, putra KH Achmad Siddiq, tokoh besar NU. Kalau menurut saya, ya dengan gentle diklarifikasi saja biar tidak jadi bola liar. Itu jadi ramai di mana-mana,” katanya.
Belum ada pernyataan resmi dari Fawait kepada publik soal kontroversi pidatonya. Namun, Dima Ahyar, sekretaris tim pemenangan Muhammad Fawait-Djoko Susanto, yakin bahwa Fawait tidak melanggar regulasi apapun. “Kami yakin bahwa dalam perihal itu, tidak ada sesuatu yang dilanggar,” katanya.
Di tengah situasi ini, Nasihin berharap rakyat tetap berpartisipasi dalam pilkada dan memilih pemimpin yang baik. “Kalau pemimpin baik, insyaallah akan membawa kebaikan. Harapan saya, masyarakat supaya cerdas memilih dan memilah mana yang baik dan membawa pada kebaikan,” katanya.
Nasihin menyebutkan satu dari sekian ciri orang baik. “Perkataannya harus bagus,” katanya. [wir]
Link informasi : Sumber