Ini Alasan Desa Kemiren Banyuwangi Layak Raih ADWI 2024
Banyuwangi (beritajatim.com) – Kementerian Pariwisata RI memilih Desa Kemiren Banyuwangi menjadi juara 2 Anugerah Desa Wisata Indonesia (ADWI). Desa Wisata Adat Osing Kemiren dalam acara itu meraih penghargaan pada kategori Kelembagaan dan Sumber Daya Manusia (SDM), yang digelar Kementerian Pariwisata (Kemenpar).
Raihan gelar itu dapat dibuktikan melalui gerakan dan langkah nyata di desa ini. Misal, Desa Kemiren memiliki pendampingan legalitas lembaga, pelatihan peningkatan produksi UMKM, dan pelatihan energi terbarukan ( biogas ).
“Kami juga memberikan pelatihan manajemen tata kelola pariwisata bagi para pemilik home stay dan pelaku usaha pariwisata yang lain. Dengan harapan usaha yang mereka jalankan bisa terus tumbuh dan berkelanjutan,” ungkap Kepala Desa Kemiren, M. Arifin.
Selain itu, dukungan berbagai program juga telah berjalan hingga kini. Bahkan, di Desa Kemiren telah berdiri 40 homestay untuk fasilitas kunjungan wisata.
Selain itu, jumlah UMKM yang terlisensi (mengantongi PIRT, SNI, dan sertifikasi halal) juga terus bertambah. Di samping itu juga ada peran serta perempuan yang terus meningkat.
“Hampir dalam setiap kegiatan adat ditampilkan atraksi seni yang pelakunya mayoritas adalah perempuan,” katanya.
Arifin menyebut, pengembangan desanya juga melibatkan warga setempat. Banyak homestay yang didirikan warga lokal dengan arsitektur osing dan keramahan warganya membuat nyaman terasa di kampung sendiri.
“Selain juga didukung amenitas yang baik, mulai toilet umum hingga pelayanan publiknya berbasis digital melalui aplikasi Smart Kampung,” jelasnya.
Jadi, kata Arifin, saat wisatawan datang ke Desa Kemiren banyak daya tarik wisata yang tersaji. Ada ragam unsur di antaranya edukasi, kuliner dan budaya.
“Adanya pasar kampoeng osing, warung makan Pesantogan Kemangi dan kawasan rumah adat osing, untuk memanjakan wisatawan,” lanjutnya.
Terakhir, keberadaan Gandrung begitu melekat, karena menjadi maskot pariwisata dan tari selamat datang. Hal ini juga tak lepas dari kiprah maestro gandrung Temu yang asli Desa Kemiren.
“Ada juga, burdah, angklung paglak dan mocoan lontar yusup sebagai salah satu warisan budaya tak benda,” pungkasnya. [rin/aje]
Link informasi : Sumber