Dari Dulu Pilkada Jember Tidak Ada Isu PKI

0

Jember (beritajatim.com) – Abdul Muqit Arief, Wakil Bupati Jember, Jawa Timur, 2016-2021 prihatin dengan pernyataan Muhammad Fawait, calon bupati nomor urut 2, yang membawa-bawa Partai Komunis Indonesia (PKI) saat berorasi dalam acara malam refleksi Hari Santri yang viral di media sosial.

“Kalau untuk ukuran Jember, sangat tidak tepat. Tidak menarik kalau kemudian pilkada dikaitkan dengan PKI segala macam itu. Sangat tidak pas. Dari dulu Jember berulang kali mengadakan pilkada, tidak ada isu PKI,” kata pria yang akrab disapa Kiai Muqit ini, ditulis Sabtu (2/11/2024).

Dalam video pidatonya pada saat kegiatan malam refleksi peringatan Hari Santri, 21 Oktober 2024, yang diunggah di akun resmi Instagram dan Tiktok Gus Fawait, Fawait menyinggung peran santri dan ulama dalam merebut kemerdekaan. Dia juga meminta doa dan dukungan agar bisa memimpin Kabupaten Jember.

Nada suara Fawait meninggi saat menjelaskan adanya usaha yang sangat masif dan sangat sistematis, bahkan menghalalkan segala cara, untuk menghadangnya.

“Ada upaya yang begitu besar, ingin menghadang santri memimpin Kabupaten Jember dengan menebar hoaks, dengan mengolok-olok, dengan memfitnah, dengan membuat sebuah berita-berita yang keji itu,” katanya.

“Saya kok kayaknya ingat seperti Gerakan 30 S PKI yang ingin menghabisi para ulama, yang ingin menghabisi para kiai, yang ingin menghabisi para santri di republik ini. Tapi saudara-saudara, saya tahu, bahwa kita semua yang berkumpul di tempat ini tidak akan rela, ketika santri dibegitukan. Maka tidak ada kata lain kecuali lawan dan kita harus menang atau menang mutlak,” kata Fawait.

Muqit mengingatkan, semua pasangan calon yang berkompetisi dalam pilkada hari ini memiliki latar belakang yang jelas. “Backgroundnya, biografinya sudah sangat jelas,” katanya.

Pengasuh Pondok Pesantren Al Fatah ini menyarankan Fawait untuk mengklarifikasi pernyataannya. “Mesti harus ada klarifikasi dari beliau (Fawait), ungkapan itu ditujukan ke mana. Kalau tidak diklarifikasi, itu akan jadi bola liar,” katanya.

Muqit mengingatkan, bahwa persoalan itu sangat sensitif, karena bisa memunculkan persepsi negatif terhadap pasangan calon lain. “(Padahal) di paslon nomor urut 1 ada Gus Firjaun, putra KH Achmad Siddiq, tokoh besar NU. Kalau menurut saya, ya dengan gentle diklarifikasi saja biar tidak jadi bola liar. Itu jadi ramai di mana-mana,” katanya.

Momentum pilkada, menurut Muqit, seharusnya digunakan untuk mengajarkan cara berkompetisi yang sehat dalam pilkada kepada masyarakat Jember. “Adu program. Masyarakat diajari berpemilu yang sehat. Tidak usah sampai segitunya. Supaya masyarakat memilih dengan obyektif,” katanya.

“Terserah memilih siapa, tapi yang obyektif. Kira-kira kalau misalnya ditakdir jadi, yang akan dibangun apanya dan model membangunnya bagaimana. Saya kira menawarkan program kepada masyarakat, jangan pada persoalan-persoalan yang di luar konteks pilbup,” kata Muqit. [wir]


Link informasi : Sumber

Leave A Reply

Your email address will not be published.