Konferensi Global Waqaf 2024 di UB Malang, Ini Agenda Pentingnya
Malang (beritajatim.com) – Universitas Brawijaya, Malang, menjadi tuan rumah acara penting bertaraf internasional, yakni Konferensi Global Waqf 2024. Dengan tema “Waqf for Humanity Aids” (Wakaf untuk Bantuan Kemanusiaan), konferensi ini dihadiri oleh para ahli wakaf dari berbagai negara, baik secara daring maupun luring.
Acara ini terdiri dari sesi presentasi ahli, diskusi bebas, serta perumusan kebijakan strategis untuk optimalisasi peran wakaf dalam konteks global. Acara pada 24 September 2024 lalu ini bertempat di Gedung Utama Lantai 12 Fakultas Ekonomi dan Bisnis, konferensi ini bertujuan untuk mendiskusikan peran strategis wakaf dalam menangani krisis kemanusiaan global dan mencapai Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs).
Prof. Dr. Iwan Tri Yuwono, SE.Ak., MEc., dari Universitas Brawijaya, yang menyampaikan pentingnya kolaborasi lintas sektoral untuk memaksimalkan potensi wakaf. “Wakaf adalah instrumen unik yang memiliki kekuatan untuk mendukung program-program pembangunan dan bantuan kemanusiaan secara berkelanjutan,” ujar Prof. Iwan.
Selanjutnya, beberapa ahli menyampaikan presentasi yang difokuskan pada evaluasi kebijakan terkait wakaf untuk bantuan kemanusiaan serta rekomendasi kebijakan guna meningkatkan efektivitasnya. Mereka juga menyoroti perlunya sinergi antara lembaga-lembaga wakaf, pemerintah, dan institusi keuangan untuk memaksimalkan dampaknya.
Dalam sesi presentasi, salah satu isu utama yang dibahas adalah krisis kemanusiaan global dan bagaimana wakaf dapat menjadi solusi jangka panjang yang berkelanjutan. Dr. Raditya Sukmana dari Universitas Airlangga menyampaikan, “Saat ini, dunia menghadapi krisis kemanusiaan yang semakin meningkat. Wakaf hijau (‘green waqf’) dapat menjadi langkah mitigasi dengan cara mendukung pelestarian lingkungan dan menciptakan sistem peringatan dini terhadap bencana.”
Ia juga menegaskan bahwa penggunaan wakaf dalam bidang ini perlu dikelola dengan baik agar memberikan manfaat maksimal. Para ahli juga menekankan pentingnya inovasi keuangan dan pemanfaatan teknologi modern untuk meningkatkan efektivitas pengelolaan wakaf.
Syed Hamid SK Rashid dari Finterra menjelaskan, “Kami melihat potensi besar dalam memanfaatkan pasar modal serta skema musyarakah yang terkait dengan cash-waqf sebagai cara efektif untuk mengumpulkan dana bagi pengungsi dan bantuan kemanusiaan lainnya.”
Prof. Habib Ahmed dari Durham University juga mengusulkan penggunaan teknologi blockchain untuk meningkatkan transparansi dalam pengelolaan wakaf. “Blockchain dapat membantu dalam memaksimalkan manfaat wakaf melalui peningkatan kepercayaan dan efisiensi. Dengan teknologi ini, kita bisa melacak setiap transaksi yang berkaitan dengan wakaf secara akurat dan transparan,” ujarnya.
Selain itu, Dwi Irianti Hadiningdyah dari Komite Nasional Ekonomi dan Keuangan Syariah (KNEKS) mengusulkan integrasi wakaf dengan zakat dan instrumen keuangan lainnya untuk memperkuat dampaknya. “Wakaf dan zakat dapat disatukan dalam satu sistem yang terintegrasi untuk mengatasi tantangan ekonomi di komunitas kita, dan saya melihat ini sebagai langkah maju yang penting,” kata Dwi.
Aspek tata kelola dan harmonisasi hukum juga menjadi fokus utama diskusi. Prof. Dr. To Puan Dr. Nor Asiah Mohamad dari International Islamic University Malaysia (IIUM) menyatakan bahwa standar hukum yang seragam di seluruh negara akan sangat membantu pengelolaan wakaf.
“Kita membutuhkan satu undang-undang wakaf yang dapat menyatukan semua upaya lintas batas, agar dapat memastikan konsistensi dan meningkatkan dampak global,” ujarnya.
Dr. Mohd Noor Ropiah dari iWaqf menambahkan bahwa fragmentasi kerangka hukum menjadi hambatan besar dalam perkembangan wakaf. “Di Malaysia, fragmentasi hukum ini menyebabkan kurangnya kesadaran dan pemahaman tentang wakaf. Kita harus menyederhanakan regulasi agar masyarakat lebih memahami dan berpartisipasi dalam kegiatan wakaf,” ujarnya.
Para ahli juga menyepakati bahwa wakaf memiliki potensi besar untuk mendukung pembangunan berkelanjutan, terutama melalui proyek-proyek lingkungan dan sosial.
Dr. Khalifa Muhammad Ali dari Yayasan Hutan Wakaf IPB mengatakan, “Pengelolaan hutan berbasis wakaf tidak hanya membantu pelestarian lingkungan, tetapi juga mendidik masyarakat tentang pentingnya kelestarian alam. Wakaf dapat menjadi sarana pendidikan lingkungan yang berdampak luas.”
Prof. Dr. Barjoyai Bardai dari MEDIU mengusulkan penggunaan kredit karbon untuk mencapai keberlanjutan melalui mekanisme wakaf. “Dengan kredit karbon yang didukung oleh wakaf, kita dapat mendorong lebih banyak inisiatif keberlanjutan, baik untuk lingkungan maupun masyarakat secara keseluruhan,” katanya.
Kerja sama lintas batas juga menjadi perhatian penting. Mr. Syed Hamid SK Rashid menekankan pentingnya kolaborasi internasional dalam proyek wakaf. “Kami bekerja sama dengan UNDP untuk membangun kerangka kerja berbasis wakaf guna mendukung pengungsi Suriah. Ini adalah contoh nyata bagaimana wakaf dapat berperan penting dalam krisis kemanusiaan internasional,” ujarnya.
Konferensi Global Waqf 2024 menghasilkan sejumlah rekomendasi kebijakan yang diharapkan dapat segera diimplementasikan untuk mengoptimalkan peran wakaf dalam bantuan kemanusiaan. Beberapa rekomendasi tersebut antara lain:
Dibutuhkan konsorsium wakaf global dan dana darurat untuk merespons krisis secara lebih cepat dan efisien. Teknologi seperti blockchain diusulkan untuk memantau aset wakaf, memastikan transparansi dan meningkatkan kepercayaan donor. Sertifikasi dan pelatihan bagi Nazir atau pengelola wakaf dianggap penting untuk meningkatkan profesionalisme dalam pengelolaan aset wakaf dan meningkatkan kepercayaan publik.
Pengembangan Proyek Berkelanjutan: Fokus pada proyek wakaf yang berkelanjutan seperti energi terbarukan dan pengelolaan hutan.
Acara ini diakhiri dengan pernyataan penutup dari moderator, yang menekankan pentingnya tindak lanjut dari hasil-hasil diskusi ini.
“Dengan kolaborasi, inovasi, dan dukungan yang kuat dari berbagai pihak, kita dapat mengoptimalkan peran wakaf sebagai solusi nyata dalam menghadapi berbagai tantangan global,” ungkap Prof. Iwan.
Konferensi ini menjadi langkah penting dalam memaksimalkan potensi wakaf untuk mengatasi krisis kemanusiaan dan mendukung pembangunan berkelanjutan. Dengan adanya inovasi teknologi, perbaikan tata kelola, dan kerja sama lintas batas, wakaf dapat menjadi instrumen efektif dalam menciptakan dunia yang lebih sejahtera dan berkeadilan. (dan/but)
Link informasi : Sumber