Puluhan Nasabah Laporkan BMT AKS Bancar ke Polres Tuban
Tuban (beritajatim.com) – Puluhan nasabah BMT Arta Kencana Sejahtera (AKS) di Desa Sukolilo, Kecamatan Bancar, Kabupaten Tuban melaporkan ke Polres Tuban atas kasus dugaan penggelapan uang nasabah yang mencapai Rp 780 juta.
Dalam kasus tersebut, puluhan nasabah didampingi kuasa hukumnya pada kamis (7/11) untuk melapor lantaran tidak ada itikad baik dari pihak manajemen BMT AKS.
Menurut keterangan kuasa hukum Nur Aziz bahwa puluhan nasabah BMT AKS Kecamatan Bancar yang sudah melaporkan ke Satreskrim Polres Tuban sebanyak 41 orang.
“Mereka kecewa karena sebelumnya telah dilakukan mediasi, tetapi belum ada titik temu dan solusi,” ujar Nur Aziz. Jumat (08/11/2024)
Bahkan, menurut Aziz sapanya, pada tanggal 13 Oktober 2024 nasabah pernah di mediasi oleh pihak pemerintah desa di mana para pengurus tinggal. Namun, setelah tiga minggu kedepan hasil mediasi itu tidak ada tindak lanjut dan para pengurus malah bersikap acuh.
“Karena curiga ada yang tidak beres, kita melaporkan persoalan ini ke Satreskrim Polres Tuban,” terang Nur Aziz.
Adapun terkait perkara ini ada dua pengurus BMT AKS yang dilaporkan, yaitu TDM sebagai Manajer dan SUK sebagai Bendahara. Mereka berdua dilaporkan lantaran diduga menilap uang Rp 780 lebih milik nasabahnya.
“Rincian dana yang diselewengkan diduga tidak hanya ratusan juta, tapi bisa mencapai Rp 1,5 milyar. Apalagi nasabah di BMT AKS tidak hanya 41 orang, namun banyak sekali hingga ratusan orang,” bebernya.
Nur Aziz juga menyampaikan, awal BMT dipimpin oleh almarhum C namun setelah beliau meninggal dunia, kepemimpinan dilanjutkan oleh istrinya yakni SUK bersama TDM.
“Klien kami berharap dana tabungan para nasabah bisa kembali utuh. Namun, bila sikap pengurus acuh dan sulit ditemui, maka dia berdua termasuk ada indikasi penggelapan dana dalam jabatan sesuai Pasal 372 Jo 374 KUHP,” imbuhnya.
Sementara itu, Lutfiani (25) nasabah asal Kecamatan Bancar juga sebagai mantan karyawan ini mengaku curiga ada yang tidak beres sejak Mei 2024 pada saat hendak mencairkan uang tabungan.
“Saat akan mencairkan uang itu dana di BMT selalu kosong,” terang Lutfiani.
Dirinya juga telah bekerja selama 5 tahun dan belum menerima gaji 3 bulan terakhir serta dirinya juga rutin menabung hingga Rp 18 juta. Namun, hingga saat ini tidak ada kejelasan terkait dengan gaji dan uang tabungannya.
“Dulu saat pak Catur masih ada tidak ada masalah. Tapi setelah Pak Catur meninggal dunia, baru terjadi masalah seperti ini,” tutup Lutfiani. [ayu/ted]
Link informasi : Sumber